Sabtu, 15 Desember 2012

Bicara yang Baik atau Diam!


Lisan; Pedang Bermata Dua
“Mulutmu Harimaumu” atau “Lidah itu tajam laksana pedang” ideom-ideom yang mungkin tidak asing lagi bagi kita, menyiratkan akan pesan bahwa mulut dan lidah yang dzahirnya adalah organ yang tak bertulang tapi memiliki bahaya seganas harimau atau bisa melukai sebagaimana pedang tajam jika ia tidak dipergunakan dengan hati-hati dan bijak.

Bila lidah tak terkendali, dibiarkan berucap sekehendaknya, alamat kesengsaraan akan segera menjelang. Sebaliknya bila ia terkelola dengan baik , hemat dalam berkata, dan memilih perkataan yang baik-baik, maka sebuah alamat akan datangnya banyak kebaikan.

Lisan mempunyai kedudukan yang tinggi di dalam Islam. Melalui lisan, orang yang awalnya kafir bisa menjadi muslim yaitu dengan ucapan dua kalimat syahadahnya. Melalui lisan pula, orang yang awalnya adalah seorang muslim bisa menjadi kafir.

Dari ia Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu bahwasanya ia mendengar Nabi shallallahu 'Alaihi wa Sallam berkata,
“Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan satu kata yang dia tidak tahu apakah itu baik atau buruk,ternyata menggelincirkannya ke dalam neraka lebih jauh dari antara timur dan barat”.
Imam An-Nawawi rahimahullah menjelaskan, “Ketahuilah, bahwasanya seyogyanya bagi setiap mukallaf hendaklah ia menjaga lisannya dari seluruh ucapan kecuali ucapan yang ada maslahat padanya. Apabila berbicara atau diam sama maslahatnya, maka yang sesuai sunnah adalah memilih diam. Karena terkadang ucapan yang mubah dapat menyeret kepada yang haram atau makruh, bahkan galibnya inilah yang terjadi, dan keselamatan tidak ada yang bisa menyamai harganya”.

Lisan Pembawa Kekafiran
Banyak orang yang memiliki persepsi bahwa ucapan-ucapan yang mengandung kekafiran, seperti mencela Allah Subhanahu wa Ta'ala atau Rasululullah shallallahu 'alaihi wa sallam, atau mencela dien dan semisalnya, tidaklah menjadi sebab pelakunya kafir keluar dari Islam, selama di dalam hatinya masih ada keimanan. Anggapan ini tentu saja keliru karena bertentangan dengan nash dan apa yang telah ditetapkan ahlul ilmi.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
“Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: 'Sesungguhnya Allah itu ialah Al-Masih putera Maryah'.” (QS. Al-Ma`idah: 17)
Ibnu Taimiyyah rahimahullahu berkata: “Barangsiapa mengucapkan perkataan kufur dengan lisannya, dalam keadaan sengaja dan tahu bahwa itu adalah ucapan kufur, maka ia telah kafir lahir dan batin. Tidak boleh bagi kita terlalu berlebihan sehingga harus dikatakan: 'Mungkin saja dalam hatinya ia mukmin'. Siapa yang mengucapkan (kekufuran) itu, maka sungguh dia telah keluar dari Islam.”

Beliaupun menjelaskan hal yang sama ketika membantah pendapat yang menyatakan bahwa ucapan lisan semata tidaklah menyebabkan kekafiran. Beliau berkata: “Sesungguhnya kita mengetahui bahwa orang yang mencela Allah Subhanahu wa Ta'ala dan Rasul-Nya dalam keadaan sukarela bukan karena terpaksa, bahkan orang yang berbicara dengan kalimat-kalimat kufur dengan sukarela dan tidak dipaksa, serta orang yang mengejek Allah Subhanahu wa Ta'ala, Rasul-Nya dan ayat-ayat-Nya, maka dia telah kafir lahir batin.” (Majmu'ul Fatawa, 7/368)

Canda Berujung Petaka

Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa pada suatu perjalanan perang (yaitu perang Tabuk), ada orang di dalam rombongan tersebut yang berkata, "Kami tidak pernah melihat seperti para ahli baca Al-Qur'an ini (yaitu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan para sahabat beliau), kecuali sebagai orang yang paling buncit perutnya, yang paling dusta ucapannya dan yang paling pengecut tatkala bertemu dengan musuh." (Mendengar hal ini), Auf bin Malik radhiyallahu 'anhu berkata kepada orang tersebut, "Engkau dusta, kamu ini munafik. Akan aku laporkan ucapanmu ini kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.”

Maka Auf bin Malik radhiyallahu 'anhu pun pergi menghadap Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam  Namun sebelum Auf sampai, wahyu telah turun kepada beliau shallallahu 'alaihi wa sallam (tentang peristiwa itu). Kemudian orang yang bersendau gurau dengan menjadikan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sebagai bahan bercanda mendatangi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam yang saat itu sudah berada di atas untanya. Orang tadi berkata, "Wahai Rasulullah, kami tadi hanyalah bersendau gurau, kami lakukan itu hanyalah untuk menghilangkan kepenatan dalam perjalanan sebagaimana hal ini dilakukan oleh orang-orang yang berada dalam perjalanan!" Ibnu Umar (salah seorang sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam yang berada di dalam rombongan) bercerita, "Sepertinya aku melihat ia berpegangan pada tali pelana unta Rasulullah sedangkan kakinya tersandung-sandung batu sembari mengatakan, ‘Kami tadi hanyalah bersendau gurau dan bermain-main saja.’ Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berkata kepadanya (dengan membacakan firman Allah), "Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok? Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu telah kafir sesudah beriman." (At-Taubah: 65-66). Beliau mengucapkan itu tanpa berpaling kepada orang tersebut dan beliau juga tidak bersabda lebih dari itu." (HR.Ibnu Abi Hatim dengan sanad yang hasan)

Perkataan yang dianggap dan dengan niat bercanda saja bisa menyeret pelakunya pada kekafiran apalagi jika perkataan tersebut dilisankan dengan serius dan niat awalnya memang untuk mengolok-olok ataupun meremehkan agama Allah.

Kapan Bicara, Kapan Diam

Di saat kita hendak berkata-kata, tentunya kita harus berpikir untuk memilihkan hal-hal yang baik untuk lidah kita. Bila sulit mendapat kata yang indah dan tepat maka lebih baik diam.

Inilah realisasi dari sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam:
"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya ia berkata yang baik atau diam” (HR Muslim)
Imam an-Nawawi di dalam Syarh Shahîh Muslim, menjelaskan, “Maknanya, bahwa jika ia ingin berbicara, jika apa yang ingin ia bicarakan adalah baik, mendapatkan pahala, baik yang wajib atau mandub, maka hendaknya ia berbicara. Sebaliknya, jika tidak tampak bahwa itu baik dan mendapatkan pahala,  hendaknya ia diam tidak berbicara, baik tampak bahwa itu adalah haram, makruh atau mubah yang memuat (kemungkinan) kedua sisi (baik dan buruk). Atas dasar ini, meninggalkan perkataan mubah itu adalah diperintahkan dan sunnah untuk menahan diri darinya karena khawatir terjerumus pada yang haram atau makruh. Inilah yang biasanya terjadi pada banyak orang.”

Jadi, hadits ini mengandung dua poin. Pertama: dorongan (perintah) untuk mengatakan yang baik, yaitu sesuatu yang diridhai Allah. Menurut al-Munawi, hadits ini memberi faedah bahwa perkataan yang baik itu lebih dikedepankan daripada diam karena perintah itu disebutkan lebih dulu, dan bahwa diam itu diperintahkan pada saat tidak berkata yang baik.

Kedua: perintah untuk diam, yaitu perintah untuk tidak mengatakan yang buruk, yang dibenci atau dimurkai oleh Allah.

Dengan demikian, setiap orang hendaknya berpikir dulu sebelum berbicara. Jika yang akan dia katakan diridhai Allah, menjelaskan kebenaran, mendorong orang untuk taat dan memperjuangkan syariah, amar makruf nahi mungkar, membela Islam dan kaum Muslim dan sebagainya maka yang seperti ini justru harus dikatakan dan tidak boleh diam.

Sebaliknya, jika yang akan dikatakan itu dibenci Allah; termasuk seruan kemaksiatan dan ketidaktaatan; memerintahkan yang mungkar dan melarang yang ma’ruf; membela dan mendorong kekufuran dan kesesatan; membuat orang meragukan Islam, al-Quran dan as-Sunnah; tidak membela Islam dan kaum Muslim bahkan sebaliknya meremehkan, melecehkan dan menyerang Islam dan kaum Muslim; dan sebagainya; maka yang diperintahkan adalah diam.

Akhirnya, kita memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala untuk senantiasa membimbing amalan-amalan kita termasuk dalam menjaga lisan-lisan dari perkataan-perkataan yang tidak bermanfaat terlebih apa yang Dia murkai yang pada akhirnya bisa menyeret kita kepada neraka-Nya. Sebaliknya, mudah-mudahan lisan kita selalu dalam kebaikan, bermanfaat buat sesama dan agama kita dan menjadi salah satu sebab kita dalam menggapai surga-Nya. Amin.

Wallahu Muwaffiq

Kiriman alfathonah.blogspot.com

Kamis, 22 November 2012

Inilah Doa Terburuk Sepanjang Sejarah



Setiap doa yang dipanjatkan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala harusnya merupakan kata-kata yang baik, bermanfaat untuk keselamatan di dunia apalagi di akhirat. Tapi aneh bin bodoh ada saja doa yang sangat buruk semisal di bawah ini: 

الَّلهُمَّ ارْضَ عَنْ أَبِيْ لُؤْلُؤَةَ وَاحْشُرْنِيْ مَعَهُ

“Ya Allah, ridhailah Abu Lu`lu`ah, dan kumpulkanlah aku bersamanya.”

Demikianlah doa setiap orang yang berziarah ke kuburan Abu Lu’luah si Majusi pembunuh Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu. Dia membunuh Khalifah Umar radhiyallahu ‘anhu di pagi hari saat mengimami manusia shalat subuh.

Doa tersebut adalah salah satu doa terburuk sepanjang sejarah. Bagaimana tidak, mereka meminta dikumpulkan di akhirat dengan orang yang jelas-jelas kekafirannya, pembunuh sahabat dekat sekaligus mertua Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Umar bin Khattab telah dikabarkan kesyahidannya oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sebuah hadits shahih yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Anas bin Malik, dia berkata:
“Nabi naik ke Uhud bersamanya Abu Bakar, Umar dan Utsman. Tiba-tiba gunung berguncang. Maka Nabi menghentakkan kakinya dan berkata: Tenanglah Uhud! Yang ada di atasmu tiada lain kecuali Nabi, Shiddiq dan dua orang syahid.”
Umar dan Utsman radhiyallahu anhum pun betul-betul dibunuh sebagai syahid. Ibnu ‘Asakir meriwayatkan dalam Tarikh Damaskus (44/441) dari jalur Thariq ‘Ubaidillah bin Umar dari Nafi’ dari Ibnu ‘Umar, dia berkata, ‘Tatkala Umar ditikam… dia memanggil Abdullah bin ‘Abbas… maka Ibnu ‘Abbas berkata, ‘Wahai Amirul mukminin, tidaklah aku mendatangi sekumpulan kaum muslimin, kecuali mereka semua menangis, seakan-akan mereka kehilangan anak-anak mereka pada hari ini.’ Umar berkata, ‘Siapakah yang membunuhku?’ Dia menjawab, ‘Abu Lu`lu`ah, si Majusi, budak al-Mughirah bin Syu’bah.’ Dia berkata, ‘Maka kamipun melihat kegembiraan di wajahnya, seraya berkata,

الْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ لَمْ يَقْتُلْنِيْ رَجُلٌ يُحَاجِنِيْ بِلاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

‘Alhamdulillah, saya tidak dibunuh  oleh seorang laki-laki yang berhujjah melawanku dengan kalimat laa ilaaha illallaah pada hari kiamat.”

Mau lihat kemegahan kuburan Abu Lu’lu’ah yang dibangun oleh pemerintah Republik Syi'ah Iran? Lihat video di bawah ini.


Doa terburuk yang lain bisa Anda lihat pada gambar di bawah ini.
Doa Facebooker Syi'ah. Sumber: lppimakassar.com
Do’a tersebut hanya akan lahir dari orang-orang tak menggunakan akalnya dan hatinya penuh kebencian. Tapi biarlah mereka berdoa seperti itu dan kita ahlu sunnah berdoa sebagaimana sahabat sekaligus pembantu Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam, Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu. Beliau meriwayatkan dalam sebuah hadits:
“Ada seseorang yang bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang hari kiamat, “Kapankah kiamat datang?” Nabi pun shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Apa yang telah engkau persiapkan untuk menghadapinya?” Orang itu menjawab, “Wahai Rasulullah, aku belum mempersiapkan shalat dan puasa yang banyak, hanya saja aku mencintai Allah dan Rasul-Nya” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seseorang (di hari kiamat) akan bersama orang yang dicintainya, dan engkau akan bersama yang engkau cintai.” Anas pun berkata, “Kami tidak lebih bahagia daripada mendengarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Engkau akan bersama orang yang engkau cintai.’” Anas kembali berkata, “Aku mencintai Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu Bakar dan Umar, maka aku berharap akan bisa bersama mereka (di hari kiamat), dengan cintaku ini kepada mereka, meskipun aku sendiri belum (bisa) beramal sebanyak amalan mereka.” (HR. Al-Bukhari)
Dan kami pun berdoa sebagaimana do'a Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu di atas. Amin ya Allah.

Makassar, 8 Muharram 1434 H / 22 November 2012

Zainal Lamu (Abinna Fauzan)

Kiriman: alfathonah.blogspot.com

Rabu, 07 November 2012

Tawuran Marak..., Apa Solusinya?

   

Muhammad Abid Fauzan.

Makassar kembali berduka baru–baru ini di kampus pencetak guru yaitu UNM, para mahasiswanya tawuran dan menewaskan dua mahasiswa dan empat motor di bakar serta kampus pun rusak.

Akibatnya  Makassar kembali mendapat sorotan nasional. Sorotan ini sebenarnya telah sering terulang. Sehingga kejadian ini membuat Makassar kembali mempertegas lagi citra buruk ini. Bahwa Makassar tempat mahasiswa yang bersifat kasar. Bahkan menjadi kepanjangan dari Makassar itu sendiri, Makassar ‘mahasiswa kasar’. Sampai-sampai Mentri Pendidikan Dan Kebudayaan, Muh Nuh turun langsung ke Makassar.

Berita tawuran mahasiswa maupun warga seakan menjadi makanan sehari-hari baut warga Makassar. Tak hanya di Makassar tapi juga di sekitar Makassar yaitu di daerah-daerah Sulsel seperti Palopo ,Bulukumba, Bone, dan daerah lainya.

Akar Masalah

Tawuran yang di lakoni oleh mahasiswa menjadikan kita bertanya pada pendidikan di kampus mereka. Boleh jadi penyebab maraknya tawuran mahasiswa karena kegagalan pendidikan di kampus. Banyak pakar mengaku saat ini sebahagian pendidikan dunia sudah berubah jadi seperti “pabrik”. Anak dididik bukan untuk tujuan yang bersifat moral, tapi lebih bertujuan ekonomi.Anak seolah digiring oleh orang tua, pendidik, dan pemerintah menjadi “mesin pencetak uang” belaka. Yang anak cari bagaimana bisa selalu “menjadi nomor satu”. Maka filosofi yang ditanam kampus dalam benak mahasiswa adalah sukses hidup identik dengan pintar mencetak uang semata.

Lantas, apa yang dihasilkan dari realitas di atas ? Tentu, kita bisa menangkap gejala yang nampak sebagai representasi, sekaligus, ‘prestasi’ dunia pendidikan kita, yakni kian merosotnya moral dan etika. Lantas, bagaimana jika manusia, khususnya anak didik hidup tanpa etika? Atau bahaya apa saja jika suatu negara besar seperti Indonesia ini mempunyai SDM di kalangan terdidik, namun mengalami krisis moral?

Dampak tawuran mahasiswa sebenarnya ibarat gunung es yang sebenarnya tawuran hanya menjadi salah satu dampak dimana banyak lagi dampaknya yang terjadi seperti kekerasan antara mahasiswa dan tindakan kriminal lainnya. Penyalahgunaan narkoba, minuman keras, permainan judi serta menjamurnya praktik pergaulan dan seks bebas. Ini terbukti ketika usai tawuran terjadi di UNM, polisi menggeledah kampus di temukan barang haram itu narkoba.

Kampus sebagai sebuah institusi pendidikan yang mapan disinyalir kurang memberikan pendidikan moral dan etika pada para mahasiswanya. Selama ini, ajaran-ajaran yang ditekankan di kampus melulu soal pelajaran akademis dalam satuan teori-soal, Kalau pun ada mata pelajaran moral atau agama, ia hanya direduksi sebatas pelajaran yang diajarkan sekadar teori.

Lebih dari itu, mahasiswa yang hidup tanpa moral dan etika sangat potensial melahirkan dan menyemarakkan berbagai bentuk ucapan yang tidak santun, komunikasi yang tidak terarah, persaingan yang diwarnai serba kecurangan dan gampang menjadikan pihak lain sebatas sebagai objek yang dikorbankan demi kepentingan pribadi, kelompok dan kroni-kroninya. Mereka adalah calon pemimpin yang tidak jujur, politisi petualang, penjahat kerah putih, para koruptor, dan pelaku-pelaku social-ekonomi yang mobilitas kegiatannya menghalalkan segala cara, kebohongan dan keculasan

Sehingga pendidikan “gizi rohani” itu akan membawa dampak positif bagi terbentuknya kepribadian mahasiswa yang kokoh memegang teguh ajaran kebenaran, di samping mengembangkan potensi kecerdasan, nalar, daya kritis dan inovasinya sekaligus meningkatkan kualitas keimanannya.

Mengapa kita mengarahkan solusi kepada perbaikan moral ? karena hanya dengan moral yang baik, seseorang tetap akan berperilaku baik secara konsisten, meskipun tanpa kehadiran pengawas, dosen atau orang lain di sekitarnya. Maka dengan pendidikan moral secara intensif merupakan suatu upaya yang efektif untuk mendidik para mahasiswa secara sadar dan konsisten mau menghindari tawuran.

Proses pendidikan yang seperti ini diharapkan bisa mencetak peran mahasiswa yang sebenarnya yang jauh dari perbuatan tawuran. Dengan potensinya yang memiliki semangat dan gagasan baru karena cara pandangnya yang ideal serta kemurnian idealisme yang dimilikinya menjadi titik temu dengan zaman baru yang harus diawali dengan semangat dan gagasan baru. Sehingga pendidikan Mahasiswa dituntut untuk menghasilkan mahasiswa yang peduli terhadap kelangsungan nasib bangsa ini yang digelari dengan ”the creative minority”. Dengan fungsinya sebagai agen perubah, mahasiswa diharapkan memiliki sensitivitas terhadap lingkungan sosial, mampu memperbaiki dan akhirnya dapat melindungi masyarakat bukan justru meresahkan masyarakat.

Upaya Mengantisipasi Tawuran

Oleh karenya upaya antisipatif terhadap tawuran mahasiswa mutlak dilakukan. Upaya antisipasi adalah usaha – usaha sadar berupa sikap, perilaku atau tindakan seseorang melalui langkah – langkah tertentu untuk menghadapi peristiwa yang mungkin terjadi. Jadi, sebelum tawuran terjadi atau akan terjadi seseorang telah siap dengan berbagai “perisai” untuk menghadapinya. Solusi antisipatif sangat penting untuk dilakukan dibandingkan hanya sekedar melakukan solusi – solusi yang sifatnya reaktif.
Secara umum, menurut Arief Herdiyanto, upaya mengantisipasi penyimpangan sosial, termasuk tawuran, dapat dilakukan melalui tiga langkah sebagai berikut. Pertama; Penanaman nilai dan norma yang kuat pada setiap individu. Apabila hal ini berhasil dilakukan pada seseorang individu secara ideal, niscaya tindak penyimpangan tidak akan dilakukan oleh individu tersebut.

Kedua; Pelaksanaan peraturan yang konsisten. Pada hakikatnya segala bentuk peraturan yang dikeluarkan adalah usaha mencegah adanya tindak penyimpangan. Namun, apabila peraturan – peraturan yang dikeluarkan tidak konsisten justru akan menimbulkan tindak penyimpangan.

Ketiga; Menciptakan kepribadian yang kuat dan teguh. Menurut Theodore M. Newcomb, kepribadian adalah kebiasaan, sikap-sikap dan lain-lain, sifat yang khas yang dimiliki seseorang yang berkembang apabila orang tadi berhubungan dengan orang lain. Seseorang disebut berkepribadian apabila seseorang tersebut siap memberi jawaban positif dan tanggapan positif atas suatu keadaan. Apabila seseorang berkepribadian teguh ia akan mempunyai sikap yang melatarbelakangi tindakannya. Dengan demikian ia akan mempunyai pola pikir, pola perilaku dan pola interaksi yang sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di masyarakatnya.

Idealnya ketiga langkah antisipatif tersebut di atas mestinya teraplikasikan pada seluruh lingkungan kehidupan dan pranata sosial. Paling tidak, teraplikasikan pada tiga institusi utama, yakni keluarga, kampus dan masyarakat. Tetapi, kadang disinilah letak persoalannya, yaitu manakala lingkungan keluarga, kampus dan masyarakat cenderung tidak optimal dalam proses pembinaan kepribadian mahasiswa kita.

Gagasan yang sampaikan di atas oleh penulis, tidak akan berguna. Jika tidak ada usaha untuk melaksanakannya. Kita harus memulai semua itu dari kita sendiri. Namun masalah tawuran bukan selesai satu dua hari. Kita membutuhkan kesungguhan dan bekerja sama kepada seluruh pihak untuk menyelesaikan bersama.   (*)

Minggu, 04 November 2012

Beda Mut'ah dengan Pelacuran

 
Selama ini saya mendapatkan banyak artikel yang menyamakan antara nikah mut’ah -sekarang ini- dengan pelacuran. Kita memang tidak bisa menampik jika banyak persamaan antara mut’ah dan pelacuran. Saya sendiri setuju-setuju saja penyamaan itu, tapi tidak fair juga kalau kita hanya mempersamakan namun tidak mengungkap perbedaannya. Apalagi jika perbedaannya adalah hal yang sangat mendasar dan krusial. Penasaran apa perbedaannya? Tenang, simak saja tulisan ini baik-baik.

Sebelum saya mengungkap perbedaan itu ada baiknya sebagai kilas balik kita memparkan sedikit persamaan antara nikah mut’ah dan pelacuran yang banyak disebut di artikel-artikel yang pernah saya baca – dan mungkin juga Anda. Berikut ini saya poin-poinkan saja:

- Bisa dilaksanakan tanpa persetujuan wali/ortu.
Dalam fikih mut’ah, wali dan saksi bukan persyaratan sahnya mut’ah. Begitupun dengan pelacuran. Coba, mana ada pelacur yang melapor dulu sama ortunya kalau dia mau dibooking oleh lelaki hidung belang?
Menurut cerita seorang ustadz, di kota Maros, seorang ibu sampai pingsan mendengar anak gadisnya yang kuliah di kota itu sudah menikah tanpa sepengetahuannya. Usut punya usut ternyata si gadis ini dimut’ah oleh laki-laki syi’ah.
- Berbatas waktu dan bayaran tertentu. 
Seorang pelacur dibooking dengan tarif dan waktu yang disepakati. Tidak ada bedanya dengan mut’ah, dimana bayaran dan waktunya sesuai yang disepakati oleh pasangan. Oh ya, jika pelacuran biasa juga mengandalkan manajer (baca: mucikari) untuk menentukan tarif mereka, maka mut’ah di zaman ini juga sudah dimanage dengan baik khususnya di Iran. Lembaga pencatatan pernikahan di sana juga sudah membuka layanan yaitu mencari perempuan-perempuan yang bersedia menjalani mut'ah, kemudian mereka menentukan tarif berdasarkan kesulitan mencari wanita yang bersangkutan. Tidak percaya? Lihat beritanya di sini http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-mancanegara/11/06/09/lmiu7r-aha-kawin-kontrak-di-iran-lebih-ngetren-ketimbang-nikah-permanen
Baik Pelacuran ataupun mut’ah tarif bisa berbeda berdasarkan jangka waktunya. Hitungan jam atau hari berbeda harganya dengan hitungan pekan atau bulan.
- Media penyebaran penyakit kelamin
Pelacuran dikenal sebagai modus penyebaran penyakit kelamin seperti gonorhe, syphilis, HIV/Aids. Ternyata tren mut’ah punya potensi yang sama untuk penyebaran penyakit-penyakit tersebut. Masuk akal sih, dalam setahun seorang laki-laki bisa memut’ah ratusan wanita semaunya. Dengan kata lain dalam setahun seorang wanita bisa dimut’ah oleh puluhan atau ratusan pria. Aslinya gonta ganti pasangan kan? Mirip pelacuran lah.
Dalam sebuah kisah nyata yang berjudul, “Akhir Petualangan si Pasien terakhir”, seorang dokter spesialis kulit dan kelamin di kota Bandung dibuat heran oleh seorang pasien yang berjilbab besar tapi mengidap penyakit yang biasanya hanya diidap oleh orang yang suka gonta-ganti pasangan. Ternyata “si akhwat” ini telah beberapa kali dimut’ah. (kisah tersebut bisa dilihat di sini : http://haulasyiah.wordpress.com/2009/08/28/akhir-petualangan-si-pasien-terakhir/)
- Tidak ada talak.
 Kalau di pelacuran memang tidak dikenal kata talak, tidak perlulah sebab memang bukan nikah, apalagi sampai di peradilan agama, ah gila amat! Prosesi mut’ah juga begitu, hubungan mut'ah selesai dengan berlalunya waktu yang telah disepakati bersama. Kalau mau mengulang maka akad lagi dan bayar lagi. Seorang wanita bisa di mut’ah oleh laki-laki yang sama berkali-kali, begitupun pelacur bisa dibooking berkali-kali oleh langganannya.
Masih banyak persamaan antara mut’ah dengan pelacuran, tapi kita cukupkan sampai disini karena itu bukan persoalan utama yang akan saya bahas, justru saya ingin mengungkap perbedaannya sesuai judul dari tulisan ini. Untuk persamaan yang lain Anda bisa melihat fikih mut’ah di sini http://hakekat.com/content/view/30/1/ dan silahkan membandingkan sendiri dengan ‘fikih’ pelacuran.

Perbedaan mut’ah dan pelacuran
Pelacuran meskipun pelakunya sekarang ini naik tingkat ke kelas pekerja dengan istilah PSK (pekerja seks komersial) –istilah dulu WTS (wanita tuna susila)-, namun kalau ditanya bahwa apakah pekerjaan mereka dilarang oleh agama atau tidak? Saya yakin mayoritas mereka menjawab, “dilarang!”. Mereka dan para lelaki hidung belang akan mengakui bahwa yang mereka lakukan adalah perzinahan, dosa yang diancam neraka. Makanya mereka masih mengenal kata ‘TOMAT’ Tobat Maksiat. Kelemahan iman dan ketiadaan ilmulah sehingga mereka terjatuh dalam kenistaan tersebut. Sedangkan pelaku Mut’ah beda! Jsutru mereka meyakini bahwa apa yang mereka lakukan adalah ibadah yang mendatangkan pahala! 
"Siapa yang pernah melakukan mut'ah sekali, maka derajatnya sama dengan Husain, siapa yang pernah melakukan mut'ah dua kali derajatnya sama dengan derajat Hasan, barang siapa pernah melakukan mut'ah tiga kali derajatnya sama dengan derajat Ali bin Abi Thalib,dan barangsiapa pernah mut'ah empat kali maka derajatnya sama dengan aku." (Tafsir Minhajush Shodiqin, hal. 356, oleh Mullah Fathullah Kassani)

Dengan dalil hadits palsu tersebut semakin sering nikah mut’ah makin tinggi derajatnya dan tentu saja mereka merasa keimanannya makin mantap. Jadi tidak ada kata tobat dalam kamus pelaku mut’ah selama mereka menganggap bahwa mut’ah yang mereka lakukan adalah ibadah bukan maksiat!

Nah, jelas sekali perbedaannya kan? Ada yang bisa membantah? Silahkan kita diskusi di kolom kementar.

Semoga Allah memberikan hidayah kepada para pelaku mut’ah dan pelacur. Amin. Amin. Amin.
Segala Puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah memberikan kami petunjuk dimana tidak ada yang mampu memberi petunjuk selain dari-Nya.

Makassar, 19 Dzulhijjah 1432 H/4-11-2012

Zainal Lamu

Kiriman: alfathonah.blogspot.com

Rabu, 26 September 2012

Memaknai Cinta; Proses Manifestasi Kata

 
Banyak orang yang mengaku memiliki cinta, maka mereka dituntut untuk menyodorkan bukti pengakuan itu. Andaikan mereka diberi kesempatan untuk menyampaikan pengakuannya, maka kesaksian mereka akan beragam. Lalu dikatakan, "Pengakuan ini tidak bisa diterima kecuali ada buktinya." Begitu kata Ibnu Qayyim Al-Jauziyah dalam kitab Madarijus Salikin. Proses untuk menunjukkan sebuah bukti adalah sebuah kemutlakan dalam pengakuan kata cinta. Memaknai cinta adalah proses pembuktian kata-kata secara tulus. Karena dengan perbuatan akan nampak siapa pencinta sejati dan siapa yang berdusta dengan cintanya.

Memaknai Cinta 

Menurut bahasa, kata cinta (mahabbah) berkisar pada lima perkara: 1) Putih dan cemerlang, seperti kata hababul-asnan yang berarti gigi yang putih cemerlang. 2) Tinggi dan tampak jelas, seperti kata hababul-ma'i wa hubabuhu, yang berarti banjir karena air hujan yang deras. 3) Teguh dan tidak tergoyahkan, seperti kata habbal-ba'ir, yang berarti onta yang sedang menderum dan tidak mau bangkit lagi. 4) Inti dan relung, seperti kata habbatul-qalbi, yang berarti relung hati. 5) Menjaga dan menahan, seperti kata hibbul-ma'i lil-wi'a', yang berarti air yang terjaga di dalam bejana.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, cinta berarti suka sekali, berharap sekali, terpikat (antara laki-laki dan perempuan) dan susah hati (khawatir). Intinya menunjukkan bahwa cinta itu mengandung segala makna kasih sayang, penghargaan dan kerinduan juga mengandung makna persiapan untuk menempuh kehidupan dikala suka dan duka, lapang dan sempit. Secara sederhana cinta adalah fitrah terindah yang dianugrahkan Rabb Yang Maha Menciptakan cinta kepada manusia. Cinta seorang laki-laki kepada wanita dan cinta wanita kepada laki-laki adalah perasaan manusiawi yang bersumber dari fitrah yang diciptakan Allah Shubhanahu Wata’ala di dalam jiwa manusia. Yaitu kecenderungan kepada lawan jenisnya ketika telah mencapai kematangan pikiran dan fisiknya. ”Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (QS. Ar-Ruum (30): 21)

Setiap anak manusia yang telah mengenal kata cinta tentu memiliki pemaknaan tersendiri terhadap cinta. Ya, setiap kita berhak dan bebas memaknai cinta. Namun, jangan lupa bahwa setiap pemaknaan kata dan gerak bahkan setiap lintasan-lintasn pikiran punya konsekuensi dan harus siap mempertanggung jawabkannya. Maka pada “risalah cinta sederhana” ini, kami hendak menyuguhkan pemaknaan cinta yang teragung, tertinggi dan terindah. Makna cinta yang mampu memberikan keteduhan dan kedamaian dalam jiwa. Cinta yang rasanya manis, penuh dengan kelezatan dan siapa yang tidak memilikinya hidupnya adalah gelisahan dan penderitaan yang berkepanjangan. Cinta yang mampu memberikan kehidupan dan setiap orang yang tidak memilikinya bagaikan mayat yang berjalan. Cinta yang luasnya bagai lautan tak bertepi. Cinta yang mampu memberikan cahaya pada alirah darah, dalam daging dan persendian hingga cahaya dalam tempat penantian hari kebangkitan. Siapa yang tidak memiliki cinta ini seperti berada di tengah lautan yang gelap gulita. Cinta yang mengantarkan pada pertemuan dengan sang kekasih.

Ibnu Qayyim Al-Jauziyah mengatakan. ”Demi Allah, para pemilik cinta telah pergi membawa kemuliaan dunia dan akhirat, sehingga akhirnya senantiasa bersama sang kekasih. Allah telah menetapkan bahwa seseorang itu bersama orang yang paling dicintainya. Sungguh ini merupakan kenikmatan tiada tara yang diberikan kepada orang-orang yang memiliki cinta. Mereka memenuhi panggilan kerinduan, saat ada yang berseru kepada mereka, "Hayya alal-falah". Mereka rela mengorbankan jiwa agar bisa bersama sang kekasih. Pengorbanan ini dilakukan dengan suka rela dan ridha, rela melakukan perjalanan pada pagi dan petang hari.”

Dengarkanlah ungkapan cinta yang sangat indah dari seorang pemuda, sebagaimana pernah dituturkan oleh Abu Bakar Al-Kattany. "Di Makkah diadakan dialog tentang masalah cinta, tepatnya pada musim haji. Banyak syaikh yang mengungkapkan pendapatnya tentang cinta. Sementara Al-Junaid saat itu merupakan orang yang paling muda di antara mereka. Orang-orang berkata kepadanya, "Sampaikan pendapatmu wahai penduduk dari Irak." Beberapa saat Al- Junaid menundukkan pandangannya dan air matanya pun menetes perlahan-lahan. Dia berkata, "Cinta ialah jika seorang hamba lepas dari dirinya, senantiasa menyebut nama Rabb-nya, memenuhi hak-hak-Nya, memandang kepada-Nya dengan sepenuh hati, seakan hatinya terbakar karena cahaya ketakutan kepada-Nya, yang minumannya berasal dari gelas kasih sayang-Nya, dan Allah Yang Maha Perkasa menampakkan Diri dari balik tabir kegaiban-Nya. Jika berbicara atas pertolongan Allah, jika berucap berasal dari Allah, jika bergerak atas perintah Allah, jika dia beserta Allah, dia dari Allah, bersama Allah dan milik Allah." Mendengar ungkapannya ini semua syaikh yang hadir di sana menangis, dan mereka berkata, "Ungkapan ini sudah tidak memerlukan tambahan lagi. Semoga Allah melimpahkan pahala kepadamu wahai mahkota orang-orang yang arif."

Dengarkanlah ungkapan cinta Imam Syafi’i ketika ditanya oleh istrinya, “Suamiku apakah engkau mencintaiku?” Beliau menjawab, “Ya tentu saja, dirimu bagian dalam hidupku.” Mendengar itu istrinya bertanya, “Apakah engkau juga mencintai Allah? Bagaimana mungkin dua cinta menyatu dalam hati seorang mukmin, cinta kepada Allah dan juga mencintaiku?” beliau ternsenyum dan mengatakan kepada istrinya dengan pandangan mata yang lembut penuh kasih sayang. “Karena cintaku kepada Allah maka aku mencintai makhluknya, memperlakukan dengan hormat dan penuh kasih sayang istriku, anak-anakku dan sesama. Aku mencintaimu karena cintaku kepada Allah.”

Proses Pembuktian Kata Cinta

“Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Ali ‘Imran(3): 31) Proses pembuktian kata cinta adalah proses memanifestasikan seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah Shubhanahu wa ta'ala baik berupa ucapan atau perbuatan, yang zhahir maupun yang batin. Jadi, proses pembuktian cinta yang sejati adalah proses pemurnian keyakinan bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah kecuali Allah. Pemurnian penyembahan kepada Allah. Pengagungan nama-nama Allah yang sempurna. Lalu puncak pembuktian yang tertinggi adalah lewat proses pensucian jihad pada waktu dan tempat yang dibenarkan syariat. ”Mereka berjihad dijalan Allah, dan tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela.” (Al-Maaidah(5): 54). Cinta Allah itu merupakan sifat yang sesuai dengan keagungan-Nya. la merupakan sifat Fi'liyah, yang muncul disebabkan dilaksanakannya perintah Allah, yaitu ibadah kepada Allah dengan baik dan perbuatan baik kepada hamba-hamba-Nya. "Dan Dia Maha Pengampun dan Maha Pencinta dengan kecintaan yang murni." (QS. Al-Buruuj(85) : 14) Al-Wudd artinya kecintaan yang bersih dan murni. Begitu kata Syaikh Al-Islam Ibnu Taimiyah dalam kitab Syarah Al-Aqidah Al-Wasithiyah. Ibnu Qayyim berkata: "Ibadah kepada Ar-Rahman adalah cinta yang dalam kepada-Nya, beserta kepatuhan penyembah-Nya. Dua hal ini adalah ibarat dua kutub. Di atas keduanyalah orbit ibadah beredar. Ia tidak beredar sampai kedua kutub itu berdiri tegak. Sumbunya adalah perintah, perintah rasul-Nya. Bukan hawa nafsu dan syetan." Ibnu Qayyim menyerupakan beredarnya ibadah di atas rasa cinta dan tunduk bagi yang dicintai, yaitu Allah Subhanahu wa ta'ala dengan beredarnya orbit di atas dua kutubnya. Beliau juga menyebutkan bahwa beredarnya orbit ibadah adalah berdasarkan perintah rasul dan syari'atnya, bukan berdasarkan hawa nafsu dan setan. Karena hal yang demikian bukanlah ibadah. Apa yang disyari'atkan baginda Rasul Shallallahu 'alaihi wa sallam itulah yang memutar orbit ibadah. Ia tidak diputar oleh bid'ah, nafsu dan khurafat. Di dalam Ash-Shahih disebutkan dari Anas bin Malik Radhiyallahu Anhu, dia berkata, "Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, ”Tiga perkara, siapa yang apabila tiga perkara ini ada padanya, maka dia akan mendapatkan manisnya iman, yaitu: Hendaklah Allah dan Rasul-Nya lebih dia cintai daripada (cintanya kepada) selain keduanya, dia mencintai seseorang dan tidak mencintainya melainkan karena Allah, dan dia benci kembali kepada kekufuran setelah Allah menyelamatkannya dari kekufuran itu, sebagaimana dia benci dilemparkan ke neraka." Memaknai cinta sebagai proses pembuktian kata, jikalau ia adalah pohon maka harus berakar dengan akar keikhlasan dan mencintai kekasih Sang Pencipta. Sebagaimana cinta Umar bin Khattab Radiallahu ’Anhu. Ibn Ma’bad bin Abdillah dari kakeknya (Abdullah ibn Hisyam) pernah bersama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan ketika itu Rasulullah memegang tangan Umar bin Khattab Radiallahu ‘Anhu. Maka Umar pun berkata, “Demi Allah, ya Rasulullah. Sungguh engkau lebih aku cintai dari segala sesuatu kecuali diriku.” Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pun menanggapi, “Demi Dzat yang jiwaku di tangan-Nya. Sampai aku lebih engkau cintai dari dirimu sendiri.” Kemudian Umar pun berkata, ”Sejak saat ini engkau lebih aku cintai dari pada diriku sendiri.” Maka Rasulullah pun menyambut, ”Ya begitu Umar (HR. Bukhari). Dalam hadist lain, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, ”Tidaklah beriman kalian sampai aku lebih dicintai oleh kalian dari pada orang tua, anak dan segenap manusia. (HR. Bukhari)

Pembuktian Cinta Tidak Bisa Dibatasi

Cinta tidak bisa dibatasi dengan batasan-batasan tertentu. Cinta tidak bisa dibatasi oleh ruang dan waktu. Cinta bisa menancap kuat dan akarnya bisa menembus bebatuan yang paling keras. Cabang-cabangnya menjulang tinggi hingga mencapai Sidratul-Muntaha. Ya cinta bisa menembus tujuh lapis. Maka sungguh menyedihkan sebagian orang yang hanya membuktikan cintanya sehari dalam setahun yakni pada setiap tanggal 14 februari atau cinta itu hanyalah sekedar perayaan. Kalaulah 14 februari memang ada sejarah cinta yang patut untuk dikenang, maka sungguh menyedihkan jika seorang mukmin ikut-ikutan mengenang apa yang dikenang oleh ummat di luar Islam dan tidak pernah dicontohkan oleh generasi terbaik Islam. ”Barangsiapa yang mengada-adakan sesuatu dalam agama kami ini, sesuatu yang tidak ada dasar daripadanya maka itu pasti tertolak.” (HR. Bukhari dan Muslim). Tanggal 14 Februari 269 M adalah hari dihukum pancungnya seorang pendeta bernama Santo Valentine’s oleh seorang Raja Romawi bernama Claudus II Ghoticus karena menikahkan seorang prajurit muda yang sedang menjalani cinta kasih. Sementara tindakan ini dianggap bertentangan dengan ketentuan kerajaan. Bagi pihak gereja, tindakan tersebut dianggap sebagai pahlawan sehingga Santo Valentine’s dinobatkan sebgai pahlawan kasih sayang dan hari digantungnya diperingati sebagai hari kasih sayang. Membatasi cinta dengan hari atau dengan batasan-batasan apa pun itu akan membuat cinta semakin sulit dideteksi dan tersembunyi bahkan cinta akan ternodai. Kata Ibnu Qayyim, ”Batasan cinta adalah keberadaannya. Tidak ada sifat yang lebih pas untuk cinta selain dari kata cinta itu sendiri. Manusia hanya sekedar bicara tentang sebab, pendorong, tanda, bukti, buah dan hukum-hukumnya. Batasan diri mereka berkisar pada enam unsur ini, dan pengungkapan mereka berbeda-beda, tergantung dari batas pengetahuan, kedudukan, keadaan dan kemampuan masing-masing dalam mengungkapkan cinta.” Berarti, mengenal cinta butuh tarbiyah. Wallahu ’Alam.

Subhan Husain

Link sumber: http://tauhidmission.blogspot.com/2012/02/memaknai-cinta-proses-pembuktian-kata.html

Ukasyah bin Mihshan : Didoakan oleh Rasulullah Masuk Syurga

 
Diriwayatkan dari Abu Hurairah dia berkata, "Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, 'Di antara umatku nanti terdapat 70.000 orang akan masuk Surga tanpa hisab. Wajah mereka bersinar sebagaimana bulan purnama'."

Abu Hurairah berkata, "Kemudian Ukasyah bin Mihshan al-Asadi berdiri sambil mengangkatnimarah lalu berkata, 'Wahai Rasulullah, doakanlah aku kepada Allah agar aku termasuk dalam kelompok itu.' Rasulullah bersabda, 'Ya Allah masukkanlah Ukasyah ke dalam rombongan itu!'

Kemudian seorang sahabat dari golongan Anshar berkata, 'Ya Rasulullah, doakan pula aku agar termasuk ke dalam rombongan itu.' Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, 'Ukasyah telah mendahuluimu'." (HR. Al-Bukhari, 6542; Muslim, 216.)

Disadur dari “99 Kisah Orang Shalih”

Link Sumber : http://abubaid.blogspot.com/2012/08/ukasyah-bin-mihshan-didoakan-oleh.html

Imam Syafi’i Rahimahullah dengan Syi’ah

 
Sedikit catatan atas tulisan ”Iran, Syiah, dan Pengaruhnya di Indonesia” Oleh: Ismail Amin di Rubrik Opini Harian Tribun Timur, Jumat, 23 Oktober 2009

Saya tidak akan menanggapi secara detail dan menyeluruh, hanya catatan dari beberapa kejanggalan yang saya tangkap dari tulisan tersebut.

Sebenarnya uneg-uneg ini telah lama ada semenjak saya membaca artikel tersebut, namun karena beberapa kesibukan akhirnya saya tunda dan baru bisa menuliskannya setelah ada kesempatan.

Dari penilaian saya secara umum, Ismail berusaha untuk memberikan fakta-fakta kepada pembaca bahwa Syi’ah yang sekarang dianggap sebagai aliran sempalan dan berbahaya oleh masyarakat sunni di Indonesia justeru adalah agama ”nenek moyang” bangsa Indonesia sendiri dan jika menolaknya sama saja mengabaikan dan tidak menghargai budaya nenek moyang bangsa Indonesia.

Bagi pembaca dengan modal ilmu agama yang pas-pasan dan akidah yang rapuh boleh jadi akan tergugah dengan tulisan tersebut. Tapi jelas ini adalah manhaj (metodologi) beragama yang salah dan dicela oleh Allah, dalam al-Qur’an Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman yang artinya “Jika dikatakan kepada mereka, Ikutilah apa yang Allah turunkan. Mereka menjawab, Tidak. Akan tetapi kami mengikuti (melakukan) apa yang kami dapati dari pendahulu kami.” (QS. Luqman : 21).

Selain itu, Al-Qur’an juga melarang mengikuti sesuatu tanpa pengetahuan,
“Dan janganlah kalian mengikuti apa yang tidak kalian ketahui.” (QS. Al-Isra : 36).

Rasulullah Shallallahu ’Alaihi wa Sallam pun berpesan kepada kita “Sesungguhnya Allah telah menghilangkan dari kalian ashabiyah Jahiliyah dan kebanggaan dengan nenek moyang. Sesungguhnya yang ada hanyalah seorang mukmin yang bertakwa atau pendurhaka yang tercela. Manusia adalah anak cucu Adam, dan Adam diciptakan dari tanah, tidak ada keutamaan bagi orang Arab atas orang Ajam kecuali dengan takwa” (Hadits Riwayat At-Tirmidzi dan lainnya).

Jika sejarah dirunut lebih ke belakang, jauh sebelum ”Syi’ah” –sebagaimana anggapan Ismail- datang ke negeri ini, agama nenek moyang kita adalah mayoritas Hindu dan beberapa aliran kepercayaan bahkan paganisme. Pertanyaannya adalah apakah ketika ada misionaris Hindu yang berusaha untuk menyebarkan agamanya di tengah kaum muslimin bisa dianggap sebagai sesuatu yang biasa-biasa saja dan tidak membahayakan dengan alasan mereka juga adalah agama nenek moyang kita?

Kita baru berbicara metode, belum subtansi ajarannya.

Imam Syafi’i Rahimahullah adalah Syi’ah?
Hal yang paling menggelikan buat saya dari tulisan tersebut adalah ketika Ismail juga berusaha memberikan pendekatan bahwa madzhab syafi’i yang mayoritas dianut di Indonesia dipengaruhi oleh ajaran syi’ah, seperti barzanji, wirid-wirid, membuat kubah di kuburan dsb. Lagi-lagi Ismail meluputkan pembaca dari masalah subtansi;. Satu lagi pertanyaan, Apakah memang betul itu adalah ajaran Imam Syafi’i?

Barzanji sendiri baru ada sekitar tahun 1180 M atau kurang lebih 3 abad setelah Imam Syafi’i meninggal dunia, bagaimana ia bisa dianggap sebagai bagian dari madzhab Imam Syafi’i?

Imam Syafi’i rahimahullah sebagai salah satu Imam Ahlusunnah dikenal tegar dalam memperjuangkan dan membela sunnah dan membenci segala bentuk dan perilaku bid’ah dan kesyirikan mustahil jika beliau membolehkan wirid-wirid bid’ah apalagi mengagung-agungkan kuburan dengan membangun kubah di atasnya sebagaimana tradisi Syi’ah –seharusnya Ismail membaca buku ”Aqidah 4 Imam Madzhab-. Sebenarnya usaha seperti yang Ismail lakukan ini bukanlah hal yang baru, ini telah dilakukan oleh orang-orang syi’ah sejak dulu, misalnya adanya klaim dari syi’ah bahwa Imam Syafi’i memiliki pemahaman kesyi’ah-syi’ahan. Dalil yang mereka sering angkat adalah syair dari Imam syafi’i yang mengatakan, "Jika benar Syi’ah Rafidhah itu adalah cinta keluarga Muhammad… maka hendaklah jin dan manusia bersaksi bahwa aku adalah orang Syi’ah Rafidhah.”

Sayang, syair yang dibuat Imam Syafi'i itu justru untuk mempermalukan mereka sebagaimana yang menimpa kafir Ahlul Kitab yang menganggap bahwa Allah punya anak, Allah azza wa Jalla menyindir mereka;
”Katakanlah, jika benar Tuhan Yang Maha Pemurah mempunyai anak, maka akulah (Muhammad) orang yang mula-mula memuliakan (anak itu)." (QS Az-Zukhruf: 81).

Dan perhatikanlah perkataan Al-Imam Asy-Syafi’i berkata: “Aku belum pernah tahu ada yang melebihi Syi'ah Rafidhah dalam persaksian palsu.” (Mizanul I’tidal, 2/27-28, karya Al-Imam Adz-Dzahabi)

Syi’ah Akar Penyempalan Madzhab
Di akhir tulisan tersebut secara tidak langsung Ismail mengklaim bahwa semua tradisi-tradisi bid’ah dan kesyirikan khususnya di tanah air ini, mulai dari barzanji, wirid-wirid dan segala bentuk bid’ah bahkan sampai taraf syirik, seperti mengambil berkah di kuburan, ajaran wihdatul wujud atau Manunggal ing Kawula Gusti adalah asli produk syi’ah.

Kalaupun kemudian dikatakan bahwa terjadi sinkritisme antara madzhab Syafi’i di Indonesia dengan tradisi Syi’ah maka saya berterima kasih kepada Ismail atas artikel yang ia buat karena membuat cakrawala berpikir saya semakin terbuka. Ternyata Syi’ah tidak jauh beda dari induk semangnya, Yahudi la’natullah ’alaihi. Yahudi merupakan sang akar pembelotan agama samawi dari ajaran tauhidnya, dan Syi’ah yang merupakan representasi keberhasilan misi Yahudi dalam menghancurkan Islam juga berbuat sama yakni menyempalkan ajaran madzhab dalam hal ini madzhab syafi’i dari ajaran sebenarnya.

Nyatanya saya semakin mengenal Syi’ah tapi kemurnian tauhid saya –mudah-mudahan- dengan tegas mengatakan, "Saya semakin membenci Syi’ah".
Wallahu muwaffiq.

 
Abu Fauzan.

Senin, 24 September 2012

I S T I Q O M A H LAH.......!!!

 
Istiqomah. Alangkah mudah mengucapkan kata-kata itu. Alangkah mudah bagi kita menasehati saudara kita mengenai keistiqomahan manakala kita sedang berada di puncak iman kita. Tetapi kata-kata itu mendadak terasa berat ketika iman kita sedang terpuruk.

Saudaraku, istiqomah memang berat, tetapi tidaklah pantas bagi kita untuk meninggalkan yang berat dan memilih memungut yang tersisa dalam lingkaran kemudahan dalam beragama.

Saudaraku, istiqomah memang berat manakala kita terasing seorang diri dalam perjalanan dakwah yang maha berat, maka marilah kita saling menggenggam jemari. Sama-sama dalam amal jama’i untuk saling mengingatkan ketika rasa keistiqomahan sudah mulai pudar dalam hati ini.

Saudaraku, tak mudah berpaling seorang diri mengatakan “aku bisa”, ketika iman sedang berada di puncak ubun-ubun kepala. Saudaraku, percayalah akan hatimu yang selalu berada dalam genggaman-Nya. Amat mudah bagi-Nya membolak-balik hati kita.

Dan saksikanlah ketika lambat laun, amal ibadah kita akan mengelupas hanya karena hilangnya satu kata: istiqomah.

Maka, janganlah seperti petasan yang meledak dahsyat, di awal, dan setelah itu hanya meninggalkan serpihan-serpihan tak berarti dalam ringannya bobot ibadah pada Illahi.

Marilah saling menggenggam jemari, mengingatkan hati yang mulai ternodai, bersatu dalam amal jama’i, membentuk keistiqomahan sejati, demi menggapai ridho Illahi, hingga akhirnya semoga kita bisa membangun negeri. Kitalah solusi bangsa ini.
Dari tulisan seseorang...
wallohu alam 
 
Sumber: abidmenulis.blogspot.com

Minggu, 23 September 2012

Memasang Related Post with Thumbnail (Linkwithin) di Blog

   
Kita akan mempelajari tentang bagaimana cara memasang related post with thumbnail dari Linkwithin. Linkwithin adalah situs penyedia widget related post bergambar untuk beberapa blog atau website. Fungsi dari related post with thumbnail ini sama dengan related post sebelumnya. Yaitu untuk mempermudah pengunjung blog sobat membaca postingan lainnya dan fungsi lainnya yaitu untuk meningkatkan pageview sobat. Nah, berikut penampakan dari related post with thumbnail (linkwithin)

Memasang Related post with thumbnail (Linkwithin) di blog
Linkwithin akan membaca seluruh postingan sobat secara random. Bahkan, postingan yang belum pernah dilihat, akan ditampilkan oleh linkwithin. Jadi fiturnya bagus kan ;). Linkwithin biasanya dipasang di bawah postingan. Tampilan linkwithin, dapat menarik perhatian pengunjung untuk mengkliknya. Linkwithin melakukan generating gambar dari postingan yang dimuat, atau jika tidak ada gambar dalam suatu postingan, LinkWithin akan menampilkan gambar dasar berwarna abu-abu dan sedikit bertekstur. Nah, tertarik untuk memasangnya di blog sobat, so cek this out..

Cara memasang Related post with thumnail (linkwithin) di blog
  1. Langsung saja sobat kunjungi situsnya di www.linkwithin.com/learn
  2. Di bagian kanan, terdapat kolom pengisian untuk mendapatkan widget linkwithin
  3. Isi alamat e-mail sobat dengan benar
  4. Di kolom selanjutnya, isi dengan url blog/website sobat
  5. Kemudian pilih platform blog sobat. Nah, langkah ini dilakukan jika sobat ingin memasang widget linkwithin secara mudah dan cepat
  6. Pilih jumlah postingan/stories yang ingin ditampilkan
  7. Jika blog sobat menggunakan tampilan yang gelap, centang saja pada "My blog has light text on a dark background"
  8. Lalu klik Get Widget!
  9. Dihalaman selanjutnya sobat akan dibimbing untuk memasang widget linkwithin sesuai dengan platform blog
  10. Setelah itu di halaman Tata Letak, drag widget link within ke bawah postingan
Cara menghilangkan widget linkwithin di homepage
Bila sobat memasang widget link within menggunakan langkah cepat dan mudah. Hasilnya widget akan muncul di homepage. Jadi aneh terlihatnya, Selain itu, loading di homepage akan menjadi lambat dan berat. Nah, untuk menghilangkan widget linkwithin di homepage silahkan ikuti langkah - langkah di bawah ini:
  1. Ikuti langkah-langkah mendapatkan widget linkwithin seperti biasa, namun menggunakan Platform Other
  2. Lalu copy kodenya
  3. Masuk ke halaman Template
  4. Edit HTML lalu Lanjutkan
  5. Cari kode </body> gunakan ctrl+f
  6. Copy kode di bawah ini dan pastekan di atask kode </body>
    <b:if cond='data:blog.pageType == &quot;item&quot;'>
    Paste kode linkwithin disini
    </b:if>
  7. Simpan Template
Cara mengganti tulisan You might also like pada linkwithin
Nah, sekarang saatnya modif widget tersebut. Yaitu dengan mengubah tulisan You might also like dengan tulisan yang sobat inginkan. Berikut langkah-langkahnya:
  1. Masuk ke halaman Template
  2. Edit HTML lalu Lanjutkan
  3. cari kode </head> gunakan ctrl+f
  4. pasang kode di bawah ini di atas kode tersebut
    <script>linkwithin_text='Anda mungkin juga menyukai:'</script>
  5. Ganti tulisan Anda mungkin juga menyukai: dengan tulisan yang Anda inginkan
  6. Simpan Template
Nah, bagaimana? sudah jelas?

Diaptasi dari: http://blognya-reggy.blogspot.com

Seluruh Jiwaku untuk Kekasihku

  
Alhamdulillah, pujian terus mengalir kepada Allah atas sebuah nikmat yang tidak pernah berhenti mengalir. Termasuk didalamnya menjadi bagian hidup dari seseorang yang menyejukkan hati ketika bersanding bersamanya, berjalan bersamanya dan menikmati hidup bersamanya.

Pujian dan sanjungan terus mengalir lembut untuknya, cinta kasih tidak pernah pudar dan seluruh jiwa ini rela kupertaruhkan untuknya.


Kekasihku dihinakan, Kekasihku dilecehkan dan aku tidak rela dengan semua itu.

Begitulah orang-orang diluar Islam, tidak akan pernah berhenti menghujat dan melecehkan agama Islam yang mulia ini. Mereka tidak akan pernah berhenti sampai kita mengikuti agama mereka.

وَلَنْ تَرْضَىٰ عَنْكَ الْيَهُودُ وَلَا النَّصَارَىٰ حَتَّىٰ تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ

“Dan tidak akan rela orang-orang Yahudi dan Nasrani kepada kamu sehingga kamu mengikuti agama mereka.” (QS al-Baqarah: 120)

Belum lepas dibenak kita penghinaan yang dilakukan oleh musuh – musuh Allah kepada Nabiullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam berupa dibuatnya karikatur beliau, muncul lagi sebuah film yang sangat tidak layak dikatakan sebuah hasil karya seni (tapi lebih layak dikatakan sebagai sebuah karya para pendengki) yang menggambarkan Nabi yang mulia Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang tidak sepantasnya.

Lantas apa yang kita harus lakukan dengan beredarnya Film yang menginakan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam tersebut? Apakah kita diam? Kita bungkam?

Tidak…jiwa sebagai taruhannya jika Nabi kita yang mulia ini dihinakan oleh musuh – musuh Allah. Kita pantas marah, kita pantas menghukum pelakunya dengan hukuman tertinggi yakni hukuman mati. Lantas bagaimana kita melakukannya saat ini? Tentu sangat sulit

Kita serahkan semua masalah ini kepada para ulama, artinya membela kehormatan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam harus berdasarkan bimbingan dari para ulama. Kita bukan ummat yang tidak tahu aturan dengan menyikapi setiap masalah tanpa pertimbangan yang matang. Membela kehormatan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bukan dengan cara kekerasan, tapi perlihatkan kalau Islam itu agama yang memiliki adab dan akhlak yang mulia sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Perlihatkanlah bagaimana Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengajarkan kepada kita untuk menghargai hak-hak orang kafir.

Sekarang saat mari kita lawan mereka, setidaknya kita membenci kebiadaban musuh – musuh Allah tersebut. Kemudian buktikan cinta kita kepada Rasululullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dengan senantiasa mempelajari risalah beliau, mengamalkan dalam kehidupan sehari hari ajaran beliau dan mengajak orang – orang disekitar kita untuk mempelajari risalah yang beliau bawa.

Jangan mengaku mencintai Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sementara kita sibuk dengan urusan dunia sehingga menyempatkan sekali sepekan saja untuk TARBIYAH sangat sulit. Kita sangat sulit melawan panasnya mentari, gumpalan debu, derasnya hujan dan serta dan, dan, dan… Bukankah menuntut ilmu itu berarti menjaga warisan Rasulullah? Bukankan menuntut ilmu itu mengajarkan bagaimana kita membela Rasulullah?

يَعْلَمُونَ ظَاهِرًا مِنَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ عَنِ الْآَخِرَةِ هُمْ غَافِلُونَ

“Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat benar-benar lalai.” (QS. Ar Ruum: 7).

Jangan mengaku mencintai Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam kalau duduk sejenak membaca mukjizat terbesar beliau saja sangat sulit. Padahal Al Quran adalah kitab yang sangat dibenci oleh musuh – musuh Allah yang salah satu tujuan mereka menghina Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam agar kita jauh dari kitab ini.

Sekarang buktikan kalau kita mencintai Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam

Jangan kita mengaku mencintai Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sementara kita hanya terdiam melihat ummat Islam jauh dari agamanya, tidak perduli dengan agamanya dan membiarkan Al Quran sebagai pajangan.

Jangan kita mengaku mencintai Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sementara Bid’ah kita biarkan meraja lela, bukankah Bid’ah itu melecehkan Rasulullah? Lantas mengapa kita duduk membisu membiarkan mereka terjebak?.

Lantas kalau kita mencintai Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam lalu mengapa kita tidak perduli dengan generasi muda, generasi penerus pembela Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.

Maka “BUKTIKANLAH CINTA KITA”. Wallahu a’lam (ST).

Sumber : zona554

Jawaban Muslim untuk Para Penghina Islam

   
Setelah film "768" yang dibuat di Holland, film yang menghina Rasulullah shallallahu 'alahi wa sallam kembali dirilis oleh warga Amerika dengan judul "Innocence of Muslim", di dalam film ini Nabi Muhammad digambarkan sebagai seorang pecandu seks, pedofilia, haus darah dan berbagai penggambaran buruk lainnya. Kemudian pada tanggal hari Rabu, 19 September 2012, di Perancis, sebuah koran satir memuat kartun yang mereka sebut sebagai Nabi Muhammad.

Munculnya pelecehan dan penghinaan kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tidak lain adalah kebencian mereka kepada Islam. Mereka tahu Bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sangat mulia di hati kaum muslimin dan mereka ingin menjatuhkan kemuliaan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dengan seburuk-buruk penggambaran yang berasal dari otak kotor mereka.

Selain itu mereka ditimpa ketakutan akan perkembangan Islam di negara-negara mereka. Penggambaran Islam sebagai agama teroris mereka lakukan agar non muslim berhenti mencari tahu tentang Islam dan phobia dengan Islam. Namun usaha mereka nampaknya akan sia-sia saja, terbukti setelah peluncuran film tersebut, banyak orang Amerika yang justru penasaran dengan Islam, mereka kemudian mencari tahu tentang Islam, mempelajarinya dan banyak dari mereka akhirnya mendapatkan hidayah untuk masuk Islam dengan itu.Allahu Akbar. Sebagaimana pada saat pembakaraan al-Qur'an oleh Terry Jones, al-Qur'an justru menjadi kitab yang paling laris di Amerika dan Eropa!


“dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka memi-kirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah Sebaik-baik pem-balas tipu daya.” (QS. Al Anfaal [08]: 30)

Pada hari Rabu (19/9/12) lalu saya dapat BC (Broadcast) via BBM dari salah seorang teman, isinya 

Aku adalah Muslim,
aku bangga menjadi Muslim,
karena sejarah membuktikan..

Bukan Muslim yang memulai perang dunia pertama.
Bukan Muslim yang memulai perang dunia kedua.
Bukan Muslim yang menghancurkan hiroshima dan nagasaki dengan menggunakan bom atom.
Bukan Muslim yang membunuh 200 juta indian amerika Utara.
Bukan Muslim yang menghabisi 80 juta indian amerika Selatan.
Bukan Muslim yang Membunuh 90 juta aborigin australia.
Bukan Muslim yang mengambil 180 juta orang afrika sebagai budak & membuang 70 persen dari mereka yang meninggal ke lautan atlantik.
Bukan Muslim yang menjajah Indonesia, Bosnia, Afghanistan, Ethiopia, Cechnya, Suriah..(Masih banyak lagi)
Bukan Muslim yang memulai kasus Poso, Ambon, Maluku, Papua.
Bukan Muslim yang fitnah Irak dengan senjata pemusnah massal.
Bukan Muslim yang serakah merebut ladang minyak Timur Tengah.
Bukan Muslim yang suka menghina Nabi dan agama lain.

Dan aku bangga..
Shalahuddin Al Ayyubi dengan kekuasaan Allah melepaskan dan melindungi Pasukan Salib yang takluk, meski kaum Muslim yang terdiri dari orang tua, anak-anak, perempuan dan laki-laki telah dibantai mereka, hingga darah setinggi mata kaki kuda oleh Pasukan Salib.

Islam tidak pernah teriak HAM dan  toleransi, tapi Muslim paling toleransi dibanding "PENDEKAR HAM" Amerika yang rasis kepada kulit hitam, dibanding Perancis yang melarang jilbab, dibanding Swedia yang melarang Adzan, dibanding Swiss yang melarang pendirian Masjid.

Muslim mayoritas itu toleransi
Muslim minoritas itu PEMBERANI.
Tapi tidak ada toleransi untuk melanggar perintah ALLAH Subhanahu wa Ta'ala.
Muslim bukan anjing yang serakah dengan nafsu menjajah.
Muslim bukan babi yang rakus nafsu membumi hangus.
Muslim bukan monyet licik yang selalu menebarkan fitnah.
Muslim tidak pernah mencari musuh, Muslim HARAM lari dari musuh.

Sayangnya sumber BC tersebut tidak dicantumkan, mudah-mudahan penulisnya berkenan :-).

Makassar,  Jum'at 6 Dzulqaidah 1433 H (21/09/12)

Jumat, 21 September 2012

Mengusir Malas Menghadiri Majelis Ilmu

  
Pernah merasakan malas untuk menuntut ilmu, malas ta'lim ataupun menghadiri liqo' tarbiyah?
Berikut ini tips praktis untuk mengusir rasa malas tersebut, utamanya menghadiri tarbiyah:  
  1. Jika rencana ketidak hadiran pada majelis ilmu kita tanpa ada udzur syar'i, maka yakinlah itu adalah godaan syetan.
  2. Menanamkan pada diri kita bahwa tarbiyah ataupun majelis ilmu lain memiliki keutamaan seperti media silaturrahim, wadah menuntut ilmu, media taushiyyah dll.
  3. Yakinlah bahwa tarbiyah adalah bagian dari perjuangan menegakkan Kalimat Ilahi dan tarbiyah merupakan amal Jama'I.
  4. Mengambil pelajaran, bahwa beberapa ikhwah dan akhawat menjadi FUTUR karena tidak lagi terlibat dengan halaqah Tarbiyah dan Ta'lim.
  5. Mengingat bahwa Iman bisa naik dan bisa turun, maka salah satu obat efektif untuk memelihara dan meningkatkan Iman adalah hadir dalam halaqah ilmu, tarbiyah dan ta'lim.
Mudah-mudahan tips di atas bisa menguatkan semangat kita dan mengusir rasa malas dalam diri kita.
 Wallahu A'lam

Senin, 17 September 2012

Ciri Ciri Blog Yang Baik

  
Blog yang baik tidak hanya diukur dari tingginya trafik dan bagusnya pagerank, tetapi juga bagaimana blog tersebut dapat memberi kenyamanan tersendiri terhadap pengunjung selain karena nilai informative atau edukatif yang terkandung dalam blog tersebut. Sebagai seorang blogger anda, termasuk saya patut untuk memperhatikan beberapa hal terkait blogging dimana hal tersebut nantinya akan mengarahkan blog yang kita kelola dimana dikategorikan.

Masuk dalam kategori blog yang baik tentunya menjadi harapan kita semua, sementara tergolong sebagai blog yang kurang atau tidak baik pastinya yang ingin kita hindari.

Berikut ini adalah ciri ciri blog yang baik:

  1. Memiliki tema yang jelas
  2. Mempunyai navigasi blog yang baik
  3. Tersedia kategori isi konten. Kategori adalah sebuah pengelompokan isi blog, sehingga dengan demikian seluruh isi blog akan lebih mudah ditelusuri.
  4. Terdapat fitur instant searching. Instant searching yang saya maksudkan disini adalah tool pencarian cepat untuk merayapi seluruh isi blog.
  5. Memiliki alamat URL yang mudah untuk diingat
  6. Memiliki meta deskripsi sesuai dengan konten blog
  7. Relevansi isi halaman yang baik
  8. Update (melakukan posting secara berkala)
  9. Tersedia fitur untuk pengunjung dapat berinteraksi dengan Admin (pemilik/pengelola blog)
  10. Proses loading (memuat halaman) yang tidak terlalu lama. Proses loading blog yang terlalu banyak memakan waktu alias lola akan membuat pengunjung malas untuk berkunjung kembali. Size blog yang baik adalah berada dibawah 100 kb. Blog dengan size dibawah 100 kb akan termuat dengan lebih cepat, meski dengan jenis koneksi internet yang tergolong lambat.
  11. Tidak memuat konten/isi gambar yang berukuran besar. Semakin banyak file gambar dengan ukuran besar pada suatu blog, maka akan semakin membuat proses loading berlangsung lama. Oleh karena itu, sebagai seorang blogger sebaiknya anda, termasuk saya lebih baik menghindari pemasangan file gambar yang berukuran besar terkecuali memang ada beberapa file gambar yang harus terpasang dalam ukuran besar.
  12. Orisinil (menyertakan link sumber untuk karya hasil copas)
  13. Judul dan isi harus relevan
  14. Tidak memuat iklan secara berserakan. Iklan adalah salah satu tujuan dari pembuatan blog, tetapi letak iklan sebaiknya tertata rapi dan tidak membuat pengunjung blog merasa terganggu.
Dengan mengenal ciri-ciri blog yang baik seorang blogger  akan mengetahui bagaimana ciri-ciri blog yang kurang atau tidak baik. Jika sudah bisa membedakan diantara keduanya, maka setiap blogger pasti akan berusaha untuk menjauhkab blog yang dikelolanya untuk tidak masuk dalam kategori blog yang kurang  atau tidak baik.

Source: geosya.blogspot.com

Rabu, 29 Februari 2012

KBPS dan Tidak Ada Alasan Bagi Obama untuk Tidak Masuk Islam

 
Berawal dari Mimpi

Komunitas Blogger Pena Sunnah (KBPS) adalah mimpi lama saya bersama beberapa teman dari Forum Pena Sunnah. Sejak mengenal blog, saya menginginkan adanya sebuah forum blog yang menghimpun blogger muslim khususnya yang bermanhaj ahlusunnah wal jama’ah. Blogger yang mempunyai visi untuk menyebarkan dakwah salaf di dunia maya. Blogger yang meninggikan kalimat Allah Subhanahu wa Ta’ala lewat tulisan-tulisan, audio-audio, video-video dakwah yang mereka posting dan bisa diakses jutaan orang. Blogger yang konsisten untuk tetap berkiprah di tengah seabrek aktifitas dunia nyata mereka. Blogger yang peduli akan hari akhirat mereka, menjadikan aktifitas nge-Blognya sebagai ladang pahala dengan menebar kebaikan dan amal jariyah (baca: ilmu) di dunia maya.
Blogger yang setidaknya mempunyai usaha untuk mengimbangi media-media penyesat dan pembenci Islam. Blogger yang tidak patah semangat ketika dakwah mereka ditentang, sebab mereka punya prinsip, “Andapun menjadi saksi bahwa saya telah menyampaikannya!

 Alhamdulillah, mimpi itu telah menampakkan sedikit demi sedikit bayangannya untuk menjadi nyata, insya Allah. Beberapa ikhwa telah menyatakan kesiapannya untuk bergabung dalam kafilah ini. Diantara mereka telah ada yang sudah mahir dan lama dalam dunia blogging. Namun tidak sedikit yang masih pemula. Masih awam dengan istilah-istilah umum dalam dunia internet. Tidak apa-apa. Semoga dengan keikhlasan mereka Allah Subhanahu wa Ta’ala semakin menambahkan ilmu kepada mereka.

Dunia Maya, Alam yang Harus Dijamah oleh Da’i

Perkembangan internet adalah sesuatu yang tidak bisa diabaikan. Dengan semakin lebarnya pita (bandwitdh) internet membuat akses semakin cepat. Internet semakin murah dan mudah untuk didapatkan oleh masyarakat. Konten internet pun semakin banyak. Tak ketinggalan para penyeru kesesatan, kemaksiatan dan tentara setan lainnya berlomba memejengkan diri di etalase dunia maya. Maka tak heran jika awalnya mau belajar Islam tapi akhirnya mereka menjadi lihai mencaci maki sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam! Na’dzubillah.

Jika kita hanya diam maka bisa-bisa kitapun terbawa arus atau minimal tidak punya jawaban atas semua itu. Kita harus membentuk kekuatan dimana kita bisa saling menyemangati dan menguatkan. Alhamdulillah, selama ini beberapa ikhwa telah sadar akan hal ini. Bahkan beberapa diantaranya membuat website dakwah yang dikelola oleh mereka sendiri. Meski beberapa diantaranya kemudian “mati”. Nah, disinilah fungsi saling menguatkan itu, sebab muslim yang lemah jika ia berjama’ah maka ia akan menjadi kuat. Itu kaidah baku. Dan diantara tujuan KBPS adalah sebagai wadah untuk saling menguatkan.

Selain itu KBPS juga berkomitmen menjadikan blog sebagai basis dakwah di dunia maya. Referensi belajar Islam bagi pengunjung dunia maya harus diperkaya dan diperbanyak. Ilmu-ilmu Islam yang mereka dapatkan haruslah betul-betul sesuai tuntunan Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan pemahaman generasi terbaik, assalaf asshaleh.

Dengan berdakwah di dunia maya diharapkan bisa menjadi ma'dziratan ilaa rabbikum, yang kelak bisa menjadi alasan (pelepas tanggung jawab) kita kepada Allah bahwa kita pun telah menyampaikan risalah Rasul-Nya. Sehingga alasan Obama, Bush, Paus dan lainnya tidak masuk Islam karena tidak mengenal ilmu Islam itu gugur! Kenapa mereka tidak mengunjungi website/blog anggota KBPS?, misalnya. Kalau mereka tidak tahu bahasa Indonesia, kan mereka bisa pakai translate google kata seorang ikhwa. Ah, ngawur ya?

KBPS, semoga tetap semangat, konsisten, dan istiqomah! Dan semua itu lahir dari hati yang ikhlas. Syukran wa Jazakumullahu khair kepada semua ikhwa yang telah berpartisipasi.

Wallahu a’lam.

Makassar, 6 Rabiul Akhir 1433 H (29/02/12)

Senin, 27 Februari 2012

Pelatihan Blogger "Dakwah in Blogging"

  
Departemen Infomasi dan Komunikasi Dewan Pimpinan Daerah Makassar bekerja sama dengan Komunitas Blogger Pena Sunnah (KBPS)melaksanakan pelatihan Blog “Dakwah in Blogging” pada hari Ahad 3 Rabiul Akhir 1433 (26/02/12). Kegiatan dengan tema “Menebar Dakwah di Dunia Maya” ini dilaksanakan di Laboratorium Komputer MEDIU, kampus Ma’had ‘Aly al-Wahdah Makassar. Sebanyak 25 peserta hadir dalam pelatihan angkatan ke-2 ini.

Sebelum pelatihan dimulai salah satu pengurus KBPS, Zainal Abidin, S.Pd. memberikan materi pengenalan kepada peserta tentang KBPS. Menurut owner dari motifabi.com ini bahwa salah satu tujuan dari dibentuknya KBPS adalah untuk menghimpun blogger muslim Ahlus Sunnah wal Jama’ah dan menjadikan blog sebagai basis dakwah di dunia maya. Materi pelatihan kemudian dibawakan oleh Zainal Lamu, S.Pd. dibantu oleh tim KBPS; Zainal Abidin, S.Pd., dan Sudirman Tahir, A.Md. Karena waktu yang terbatas sehingga tidak semua materi bisa dirampungkan, namun para alumni pelatihan dan menjadi anggota KBPS bisa belajar lebih banyak melalui milis KBPS.[]

 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...