Sabtu, 03 Desember 2016

PERAN AYAH DALAM KELUARGA



Syamsuar Hamka
(Ketua Departemen Kajian Strategis PP LIDMI)


Pada masa dahulu, seorang lelaki bertanggung jawab hanya sebagai sosok yang pemberi nafkah keluarga. Dimana pekerjaannya, sekedar mencari faktor-faktor pemenuhan kebutuhan hidup keluarga. Urusan dapur dan merawat keluarga diserahkan sepenuhnya kepada para kaum hawa, temasuk mendidik anak.
Akan tetapi, paradigma tersebut sedikit demi sedikit perlu untuk dilihat kembali. Sebab ternyata seorang ayah memiliki peran yang sangat vital dalam pendidikan anak. Sebab, maraknya tindak kejahatan, kekerasan pada remaja, pelecehan seksual, penyalahgunaan narkoba dan berbagi bentuk tindak kriminalitas lainnya menuntut para orang tua bertindak lebih hati-hati dalam mendidik anak. Dengan demikian, mendidik seorang anak juga menjadi kewajiban seorang ayah.


Peran Ayah
Dalam pandangan Islam, peran mendidik anak bukanlah mutlak kewajiban seorang ibu, justru dalam al-Quran lebih banyak menceritakan besarnya peran ayah dalam mendidik anak.  Hal tersebut misalnya bisa kita lihat dalam QS. al-Baqarah ayat 132 dan QS. Yusuf ayat 67 yang menceritakan kisah Luqman, Nabi Ya’qub, dan Nabi Ibrahim yang sedang mendidik anaknya.
Selain itu, seorang Psikolog anak, Elly Risman, berpandangan bahwa, peran ayah dan ibu sama pentingnya dalam mengasuh serta mendidik anak. Pengasuhan ayah dan ibu secara seimbang terhadap anak akan membentuk perilaku positif anak.
Di dalam Al-Qur’an terdapat 17 dialog pengasuhan yang tersebar di sembilan surat. ke 17 dialog tersebut terbagi : 14 dialog antara ayah dan anak, 2 dialog antara ibu dan anak, 1 dialog antara kedua orang tua (tanpa nama) dan anak. Kesimpulannya, ternyata al-Qur’an ingin memberikan pelajaran. Bahwa untuk melahirkan generasi istimewa seperti yang diinginkan oleh Allah dan Rasul-Nya, harus dengan komposisi seperti di atas. Jika kita bandingkan, ternyata dialog antara ayah dengan anaknya, lebih banyak daripada dialog antara ibu dengan anaknya. Jauh lebih banyak. Lebih sering, hingga 14 banding 2.
Oleh sebab itu, dalam urusan keluarga ini hendaknya seorang ayah harus belajar dari Luqman al-Hakim, seorang pemuda yang diabadikan namanya dalam Alqur’an.  Sikap-sikap Luqman haruslah dimiliki oleh setiap ayah di dunia ini, agar bisa menjadi ayah yang baik. Tujuan tentu bukan untuk pamer kehebatan, melainkan untuk kepentingan keluarga terutama masa depan anak.



Mari kita perhatikan, bagaimana bahasa Luqman al-Hakim yang diabadikan di dalam al-Qur’an,
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar."  (QS. Luqman: 13)
Dalam bahasa yang digunakan Luqman kepada anaknya adalah Yaa Bunayya, dimana dalam kosakata Arab, penggunaan kata tersebut menunjukkan panggilan kasih sayang seorang orang tua kepada anaknya. Berbeda dengan panggilan, Yaa Baniyya atau Yaa Ibniy. Jika kita terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, mungkin lebih sepadan dengan kalimat “Wahai Anakku Sayang”.

Ungkapkan Cinta
Dari petikan panggilan tersebut, kita bisa melihat bagaimana Luqman al-Hakim mengungkapkan rasa cintanya kepada anaknya. Panggilan yang mengucapkan secara langsung kecintaan seorang ayah kepada anaknya. Bagi kita masyarakat yang terpengaruh dalam pola hidup modern mungkin melihat bahwa ungkapan dengan menyebut, “anakku sayang” terlalu lebay atau mungkin dianggap menunjukkan kelemahan seorang ayah, yang maskulin. Padahal ungkapan tersebut bukanlah suatu hal yang tabu. Bahkan ungkapan cinta dari seorang ayah kepada anak perempuannya sangat berpengaruh secara psikologis sehingga anak perempuan tersebut akan merasakan mendapatkan perhatian yang cukup dari sang ayah, dan dampaknya, ia tidak lagi membutuhkan perhatian dari lelaki lain yang bukan mahramnya. Apalagi sangat sering kita jumpai, bagaimana seorang anak gadis yang mudah dipermainkan, dan menjual harga diri dan kehormatannya karena ternyata tidak pernah mendapatkan kasih saying dari orang tuanya.
Sikap dan tata cara Luqman dalam mendidik anak sangat perlu untuk dicontoh oleh para ayah tentang bagaimana cara ia mendidik anak, membesarkan anak, dan tentu saja dalam mengurus keluarga. Apalagi jika melihat kondisi generasi muda sekarang yang sangat begitu minim memperhatikan dalam pendidikan keluarga. Menetapkan peran dan kerja masing-masing posisi setiap anggota keluarga menurut jenis kelaminnya.
Peran vital keluarga seperti di beberapa Negara maju seperti Jepang, menurut penuturan Prof. Dr. KH. Didin Hafidhuddin setelah melakukan kunjungan dakwah, beliau menyimpulkan bahwa secara individu masyarakat Jepang memang sangat berkualitas. Kinerja dan kedisplinannya sangat tinggi. Namun ketika dilihat bagaimana kondisi keluarganya, seakan-akan menurut beliau, keluarga tidak lebih dari sekedar ikatan dan kerjasama peran saja, tanpa ikatan emosional. Menurut beliau, hal itu dilihat dari tingginya angka bunuh diri, serta banyaknya orang-orang tua yang mengalami tekanan jiwa (stres) karena tidak lagi diperhatikan oleh anak-anaknya yang sibuk dalam karir dan pekerjaan mereka.



Berdasarkan sebuah penelitian, peran ayah dalam menunjukkan bahwa kedekatan ayah dengan anaknya memberikan efek psikologis yang kuat terhadap anak. Hal tersebut pasti dapat mengoptimalkan kecerdasan anak. Bahkan temaktub dalam buku The Role Of The Father in Child Development  karya Michael Lamb menyatakan, bahwa ayah ideal adalah ayah yang memiliki cukup waktu luang terhadap anak-anaknya.
Untuk itu perlu diperhatikan Jam kerja selama 8 jam sehari, ditambah dengan tidur 8 jam, jika diaplikasikan dalam rumahtangga, akan membuat waktu kebersamaan dengan keluarga akan semakin sedikit (sisa 8 jam). Belum dihitung waktu kerja di luar kantor, lembur, dan lain-lain. Sehingga perlu siasat dalam Rumah Tangga untuk mengganti waktu yang habis terkuras dalam kerja di luar rumah, dengan waktu-waktu berkualitas di dalam rumah. Yang tujuannya tidak lain adalah agar, interaksi antara orang tua dan anak semakin intensif. Aplikasinya, paling efektif bisa dilakukan setelah shalat subuh dan maghrib setiap harinya. Disiapkan waktu khusus untuk diskusi dan pemberian nasihat kepada anggota keluarga. Agar keluarga bisa memiliki visi dan misi bersama, yaitu mendapatkan keridhaan Allah dengan berumah tangga. Yang pada akhrinya adalah meraih syurga Allah Azza wajalla, sekeluarga.
Imam Ibnul Qayyim berkata: “Betapa banyak orang yang menyengsarakan anaknya, buah hatinya di dunia dan akhirat karena ia tidak memperhatikannya, tidak mendidiknya dan tidak memfasilitasi syahwat (keinginannya), sementara dia mengira telah memuliakannya padahal dia telah merendahkannya. Dia juga mengira telah menyayanginya padahal dia telah mendzaliminya. Maka hilanglah bagiannya pada anak itu di dunia dan akhirat. Jika Anda amati kerusakan pada anak-anak penyebab utamanya adalah ayah.”
Oleh sebab itu, sesibuk apapun seorang ayah, harus memiliki ruang dan waktu untuk anak-anaknya serta harus mampu menjaga komunikasi secara baik dengan anak, agar seorang anak memiliki kecerdasan emosional dan IQ yang lebih baik.

Ayah memiliki peranan yang sangat penting dalam pengasuhan anak, sehingga pengasuhan anak tidak hanya dibebankan sebagai kewajiban seorang ibu. Penghayatan peranan ayah dalam pengasuhan anak dapat mencegah terjadinya perilaku kekerasan terhadap anak. (dimuat di al-buletin balagh, Jumat 12 Agustus 2016)

SUMBER : BLOG SYAMSUAR

Sabtu, 05 November 2016

KETUA KBPS DAN KEBANGKITAN ISLAM




Saat ini, Dakwah Islam di Indonesia lagi hangat-hangatnya. Berbagai gejolak kian membuat kita sadar dan perlu bekerja keras untuk mengembang dakwah. Alhamdulillah banyak lembaga-lembaga dakwah baik itu kampus, sekolah, media, sampai ormas semakin intensif melakukan perbaikan ummat. Tentunya tanpa lupa dukungan Pemerintah yang perlu di dorong paling tidak menaruh perhatian atau dukungannya untuk dakwah. Sampai bila perlu pemerintah mengeluarkan berbagai regulasi dan penataan sistem dan kelembagaan yang Islami di tengah-tengah masyarakat.

Sabtu, 01 Oktober 2016

KESADARAN SEJARAH ATAS HARI KEMERDEKAAN



Syamsuar Hamka
(Ketua Departemen Kajian Strategis PP LIDMI)

Tak terasa 71 Tahun sudah Bangsa Indonesia telah merasakan nikmat kemerdekaan. Dan tentu, itu semua adalah anugerah dari Allah, yang Maha Kuasa, sebagaimana tertuang secara jelas di alinea ketiga pembukaan UUD 1945.  Dalam memperjuangkan kemerdekaan, tidak sedikit pengorbanan yang ditumpahkan. Sebab selama ratusan tahun bangsa Indonesia telah mengerahkan segenap kemampuan untuk bangkit dan merdeka melawan kezaliman penjajah. Tetes peluh dan darah para pejuang, serta tinta para ulama  telah menjadi saksi, bagaimana bumi pertiwi dibebaskan dari jeratan kolonialisme dan imperialisme.

Jumat, 16 September 2016

Siapa yang meninggalkan sesuatu karena Allah, maka Dia akan ganti dengan yang lebih baik



Siapa yang meninggalkan sesuatu karena Allah, maka Dia akan ganti dengan yang lebih baik.

Siapa yang meninggalkan budaya dan tradisi syirik, maka Allah akan menggantikannya dengan beribadah pada Allah semata. Shalatnya untuk Allah, sembelihan tumbalnya untuk Allah, dan sedekahnya jadinya untuk Allah.

Minggu, 22 Mei 2016

MENJAWAB TANTANGAN DAKWAH



Gerakan dakwah yang bersejarah tentunya menjadi prasasti perjuangan oleh generasi terdahulu.   Pekerjaan yang menyejarah akan menjadi suatu bentuk perjuangan bersama. Pekerjaan-pekerjaan besar dalam sejarah tentunya dapat selesaikan oleh mereka yang mempunyai kualitas pribadi yang baik. Tantangan-tangan besar yang salah satunya masalah rusaknya moral, harus kita mencari solusinya bersama.

Sabtu, 02 April 2016

MANUSIA DAN PENDIDIKAN ISLAM




Islam merupakan sistem kehidupan yang bersifat komprehensif, yang mengatur semua aspek kehidupan manusia, baik untuk kemashlahatan individu, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Hal ini sebagaimana ditegaskan oleh Allah dalam surat An Nahl ayat 89,

Minggu, 27 Maret 2016

KISAH WANITA CANTIK DAN SEORANG KAKEK




Memang kesulitan itu dibarengi oleh Kesabaran,,,kata seorang penyair bahwa, sesungguhnya jika matahari adalah sebuah kemudahan dan air hujan (hujan) adalah sebuah kesulitan, maka sungguh kita membutuhkan keduanya untuk melihat indahnya Sang Pelangi. Maka kehidupan itu harus beriringan antara kesulitan dan kemudahan oleh sebab itu, kita harus selalu bisa bersabar dan bersyukur. 

Senin, 29 Februari 2016

BUKU API TARBIYAH MENYALAKAN SEMANGAT PEMBINAAN PEMUDA





Ust Syamsuar hamka blogger yang aktif di alamat webnya laskarpenaalqolam.blogspot.co.id ini akhinya merilis sebuah buku. Buku itu berjudul Api Tarbiyah. bila kita melihat sinopsisnya di web beliau memulai dengan pembahasan tentang pemuda. pemuda yang menjadi harapan bangsa kedepan.

Selasa, 26 Januari 2016

LGBT DAN PROBLEM DUALISME




Sumber Gambar dakwatun.com


 Tahun 2013 lalu, situs suarakita.org menurunkan sebuah cerita singkat yang ditulis oleh Penggagas Harian Tempo, Goenawan Mohammad. Dalam tulisan Penyair, Eksesis yang juga Jurnalis Senior itu mengisahkan Mita, seorang gadis muslimah yang tumbuh dewasa dan menderita kelainan orientasi seks. Ia adalah seorang lesbian. Yang menarik adalah, ibu dan bapaknya bukan ditokohkan sebagai antagonis sebagaimana roman atau novel pada umumnya. Justru kedua orang tuanya ditampilkan sebagai orang yang menghargai kondisi Mita. Mereka tetap menyayanginya dan mencintai kondisinya. Mereka menerima Mita berpacaran, meski bukan dengan seorang lelaki. Yang lebih menarik lagi adalah, meski Mita ditampilkan sebagai orang yang dianggap memiliki kelainan psikis tersebut, ia ternyata adalah seorang yang berjiwa aktivis kemanusiaan. Teman wanitanya pernah ia tolong melahirkan, meski adalah hasil hubungan di luar pernikahan. Dan ia juga membela perempuan berjilbab di tempat kerjanya, yang dipecat karena jilbabnya. Meski Mita sendiri tidak berjilbab.

 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...