Istiqomah. Alangkah mudah mengucapkan kata-kata itu. Alangkah mudah bagi
kita menasehati saudara kita mengenai keistiqomahan manakala kita
sedang berada di puncak iman kita. Tetapi kata-kata itu mendadak terasa
berat ketika iman kita sedang terpuruk.
Saudaraku, istiqomah memang berat, tetapi tidaklah pantas bagi kita untuk meninggalkan yang berat dan memilih memungut yang tersisa dalam lingkaran kemudahan dalam beragama.
Saudaraku, istiqomah memang berat manakala kita terasing seorang diri dalam perjalanan dakwah yang maha berat, maka marilah kita saling menggenggam jemari. Sama-sama dalam amal jama’i untuk saling mengingatkan ketika rasa keistiqomahan sudah mulai pudar dalam hati ini.
Saudaraku, tak mudah berpaling seorang diri mengatakan “aku bisa”, ketika iman sedang berada di puncak ubun-ubun kepala. Saudaraku, percayalah akan hatimu yang selalu berada dalam genggaman-Nya. Amat mudah bagi-Nya membolak-balik hati kita.
Dan saksikanlah ketika lambat laun, amal ibadah kita akan mengelupas hanya karena hilangnya satu kata: istiqomah.
Maka, janganlah seperti petasan yang meledak dahsyat, di awal, dan setelah itu hanya meninggalkan serpihan-serpihan tak berarti dalam ringannya bobot ibadah pada Illahi.
Marilah saling menggenggam jemari, mengingatkan hati yang mulai ternodai, bersatu dalam amal jama’i, membentuk keistiqomahan sejati, demi menggapai ridho Illahi, hingga akhirnya semoga kita bisa membangun negeri. Kitalah solusi bangsa ini.
Dari tulisan seseorang...
wallohu alam
Sumber: abidmenulis.blogspot.com
0 komentar:
Posting Komentar