Sabtu, 05 November 2016

KETUA KBPS DAN KEBANGKITAN ISLAM




Saat ini, Dakwah Islam di Indonesia lagi hangat-hangatnya. Berbagai gejolak kian membuat kita sadar dan perlu bekerja keras untuk mengembang dakwah. Alhamdulillah banyak lembaga-lembaga dakwah baik itu kampus, sekolah, media, sampai ormas semakin intensif melakukan perbaikan ummat. Tentunya tanpa lupa dukungan Pemerintah yang perlu di dorong paling tidak menaruh perhatian atau dukungannya untuk dakwah. Sampai bila perlu pemerintah mengeluarkan berbagai regulasi dan penataan sistem dan kelembagaan yang Islami di tengah-tengah masyarakat.
Tahun 2016, Ana/saya genap sudah 27 tahun. Dalam rentang masa itu, berbagai dinamika telah dan harus dilalui. Kadang berupa kelokan tajam perjuangan, benturan keras kondisi di sekitar, dan situasi iman yang mencekam. Alhamdulillah, hingga saat ini Allah subahana wataalah masih mengizinkan Ana dapat menghirup segarnya udara dunia. Survive: beribadah, beramal, dan bertumbuh bersama dakwah dengan dukungan banyak ikhwa dan para ustaz.

Dalam konteks perencanaan strategis menuju kebangkitan Islam 2030, Ana dengan segala kekurangannya sudah melalui banyak romantika perjuangan. Berjuang untuk mencukupi berbagai sektor SDM (sumber daya manusia) agar dapat terus berkarya dan memberikan terbaik bagi ummat. Berbekal semangat dan idealisme yang menggebu, namun miskin ilmu, pengalaman, dan sumber daya.

Sejak pertengahan 2007, memulai dakwah ini hanrusnya telah menjadi pembelajaran (10 tahun). Maka tahun ini harus terus berbenah. Tidak cukup hanya terus berbuat baik, namun juga harus bekerja dengan cara yang benar (Performance & Compliance). Pemikiran tersebut “memaksa” Ana untuk memberikan perhatian lebih intensif terhadap ilmu syar’i serta pencapaian amalan yang dilakukan.



Komitmen ini sekaligus menandakan bahwa kini Ana tengah memasuki fase selanjutnya dalam rangkaian etape perjalanan dakwah abad ini.
Implementasi dari komitmen tersebut ~komitmen kualitas diri dan seluruh proses yang menyertainya (Quality Control & Assurance)~ adalah BELAJAR, BELAJAR DAN BELAJAR. Belajar untuk meningkatkan kualitas baik ilmu syar’i yang akan disampaikan kepada ummat serta metode dakwah yang benar dan efektif.

Maka sejalan dengan itu, belajar di lembaga pendidikan Islam formal baik itu mahad sampai pesantren ana harus masuk di dalamnya. Paling tidak hapalan Alquran diatas 5 juz (kalo bisa 30 juz... AllahuAKBAR) dan bisa berbahasa Arab lisan maupun tulisan serta dasar ilmu Syar’i lainnya menjadi target pendidikan formal. Sejalan dengan itu perjalanan Ana ke jawa ini mendapatkan inspirasi besar untuk memulai komitmen ini. Komitmen untuk terus meningkatkan kualitas diri. Mungkin butuh beberapa tahun lagi lamanya untuk belajar lagi di sebuah mahad biasanya D3 ( 3 tahun) maka umur sudah pasti genap 30 tahun ketika itu nantinya.

Walahualam apa Ana harus menunda menikah selama itu atau prosesnya ana menikah? Hanya Allah yang tahu. Selama ana belajar itu banyak hal yang harus di korbankan untuk perjuangan menuju kebangkitan Islam 2030. Seperti itu pula Allah yang lebih tahu bagaimana kebangkitan Islam itu, tidak harus 2030 mungkin lebih cepat atau lebih lama. Semuanya kita serahkan kepada Allah, kita semua hanya bisa merencanakan dan berbuat.

Tulisan ini ana buat di sudut gedung ummat tv kota jakarta (21/4/2016). Ana hanya orang terdampar ha..ha.. di ibukota. Mm.. atau lebih tepatnya bukanlah siapa-siapa dalam kancah dakwah abad ini. Tulisan ini hanyalah curahan hati Ana yang sementara mempersiapkan kebangkitan Islam 2030 bila hal lain terjadi nanti mungkin antum/kamu yang membaca ini akan terinspirasi untuk berjuang membangkitan Islam. Wallahualam

SUMBER : ABIDMENULIS

0 komentar:

Posting Komentar

 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...