MELANGKAH MENUJU ABAD KEBANGKITAN ISLAM
(Refleksi 100 Tahun Khilafah Runtuh 1924 –
2024)
Oleh Muh. Abid Fauzan
“Sesungguhnya Allah akan membangkitkan bagi
umat ini setiap seratus tahun (seabad), orang yang memperbarui agamanya”
(HR. Abu Daud).
Tahun 1924 M merupakan tahun runtuhnya
kekhilafahan Islam Turki Utsmani. Namun runtuhnya kekhilafahan bukan
semata-mata dampak dari penghianatan Musthafa Kemal Pasha (Abaturk), melainkan
karena keadaan umat Islam secara global sudah amat memprihatinkan. Keterpurukan
dan kelamahan dalam berbagai bidang kehidupan telah mencapai klimaksnya. Krisis
aqidah, akhlak, ekonomi, hilangnya semangat jihad maupun kemuliaan Islam,
perpecahan umat serta ditambah lagi penjajahan dan pendudukan kaum kafir
terhadap negeri-negeri muslim semakin membuat umat Islam tidak berdaya. Pendek
kata, semua factor yang mengindikasikan runtuhnya kekhilafahan Islam Turki
Ustmani sudah terlihat jelas. Bahkan mungkin tanpa penghianatan Musthafa Kemal
pun, tampaknya keruntuhan akan tetap terjadi, wallahu a’lam.
Namun, semangat untuk bangkit dari
keterpurukan kaum muslimin tidak pernah padam. Tak perlu menunggu lama, umat
Islam terus berbenah. Muncullah gerakan-gerakan untuk menghimpun umat Islam
dalam satu panji aqidah. Ada yang fokus terus berbenah dari dalam tubuh kaum
muslimin adapula yang fokus untuk menghidupkan wilayah atau memindahkannya ke
negeri lain. Tahun 1928, empat tahun setelah runtuhnya khilafah, di Mesir
lahirlah Ikhwanul Muslimin. Namun, Ikhwanul Muslimin mendapat banyak penindasan
dan kecaman dari musuh-musuh Islam. Dan masih banyak lagi “bendera” yang menginginkan
kembalinya khalifah ketika jatuhnya di Turki.
Sekalipun sampai tahun 70 – 80-an masih
belum membuahkan hasil, perjuangan kebangkitan Islam terus digelorakan oleh
para kaum muslimin, khususnya para ulama. Justru decade (70 – 80-an itu, isu
kebangkitan Islam menjadi ‘trending topic’ di berbagai forum diskusi, seminar,
khalaqah di kampus-kampus, pengajian di masjid sampai obrolan di café dan
tempat kerja. Seperti telah dilukiskan Akbar S. Ahmad dalam Postmodernism dan Islam (1992), dunia
Islam telah memanen sejumlah peristiwa optimis kebangkitan Islam.
Momentum-momentum itu misalnya: kemenangan
Mesir atas Israel dalam Perang Ramadhan (1973), tampilnya Jenderal Zia’ul Haq
di pentas kekuatan Pakistan pada tahun 1977, gagasan islamisasi pengetahuan
Ismail R. Al-Faruqi dan M. Naquib al-Attas yang makin mendunia, festival Islam
di London yang dibuka Ratu Elizabeth yang dihadiri tokoh-tokoh dunia, dan masih
banyak lagi.
Di penghujung abad 20, terjadi pergolakan
antara dunia Islam dan barat, khususnya Amerika. Negeri adidaya Amerika
membantu Iran untuk menyerang Irak, perang itu disebut Perang Teluk. Inilah
kemunduran yang terjadi meski harapan untuk kebangkitan Islam masih terus
disyiarkan kaum muslimin. Beragamnya kelompok-kelompok Islam dalam berjuang
untuk kebangkitan Islam dimanfaatkan oleh musuh-musuh Islam untuk memecah
belah. Merekapun memunculkan panji-panji nasionalkan di tubuh kaum muslimin
dengan mencuci ‘otak’ pemikiran sebagian kaum muslimin sehigga terbentuklah
kelompok-kelompok atau partai-partai politik yang sepakat untuk tidak sepakat.
Di awal abad 21, ujian Allah kepada
pengusung kebangkitan Islam terus mencapai klimaksnya. Sejarah mencatat, 11
September 2001 terjadi penyerangan gedung WTC di Amerika Serikat (AS). Akibatnya,
Presiden AS ketika itu memaklumatkan tuduhan kepada Islam dengan mengatas namakan
‘teroris’ dan kemudian melakukan serangan ke Afganistan. Inilah peristiwa yang
merusak citra Islam di mata dunia. Perang dan konflik kini terus mewarnai
negeri-negeri Islam, salah satunya kejadian “Arab Spring” yang menghiasi abad
ini. Konflik masih terus terjadi sampai hari ini, seperti Suriah dan Palestina,
sehingga abad 21 M atau 15 H ini.
Walau terjadi konflik, perjuangan
kebangkitan Islam terus bergelora. Seperti perjuangan di negara Turki, negara
yang menjadi tempat jatuhnya khilafa ini telah melakukan langkah-langkah besarnya.
Perdana menteri Turki Recep Tayyip Erdogan melakukan perubahan besar dari
negara sekuler kearah yang lebih Islami, seperti penjabutan larangan jilbab. Di
negara-negara Barat (AS dan Eropa) sendiri penduduknya kini Islam telah banyak
di anut. Bahkan di tahun-tahun kedepan akan menjadi mayoritas.
Wacana kebangkitan di dunia
Islam baik di bidang ekonomi, politik, social-budaya, dan pertahanan justru
menampakkan kemunduran luar biasa. Inilah ujian keikhlasan kita yang berjuang
dalam kebangkitan Islam. Allah tetap akan memilih kelompok-kelompok Islam untuk
terus berjuang di jalan-Nya. Kelompok-kelompok Islam ini haruslah bersatu,
rapi, dan saling memberikan manfaat. Asas hubungan sesamanya adalah kerja sama,
koordinasi dan saling menyempurnakan, bukan saling bertentangan, bermusuhan,
dan pertikaian. Jika hal itu terlaksana niscaya kebangkitan Islam akan segera
terwujud. Wallahu a’lam.